Kampung Bahasa UNESA - PA Rongewu Rolas JemPOL-JemPOL

Minggu, 02 Juni 2013

“KENCAN PERTAMAKU BERSAMA ANGIN”

"KENCAN PERTAMAKU BERSAMA ANGIN

Pagi itu mentari sangat cerah, angin yang berhembus begitu kencang seolah menggugah semangatku untuk segera bergegas mempersolek diri. “Ah, apa benar aku akan kencan dengan Angin??” fikirku dalam diri, sambil cengar-cengir sendiri seperti orang gila.
Waktu semakin cepat saja berputar, jam sudah menunjukkan pukul 5.30, aku segera menata kingdom kecilku yang hampir seperti kapal pecah itu.
“Bagimana tidak berantakan, orang tidurnya saja sudah sama persis dengan macan yang sedang menerkam mangsanya” suara ibuku dari pintu kingdomku.
“Hehehe Ibu bisa saja” jawabku ringan sambil tersenyum manja.
Aku sudah merapikan semuanya, kemarin aku juga sudah berkata pada ibu kalau besok aku akan pergi keluar bersama teman. Sebenarnya dia itu someone special untukku, hanya saja aku masih malu-malu untuk bilang pada ibu kalau hari ini aku akan pergi dengannya. Itu juga bukan alasan satu-satunya, karena alasan lain yang buatku belum berani bilang adalah Ayahku. Ayah tidak mengizinkanku pacaran.
Terkadang aku jengkel dianggap seperti anak kecil, yang kemana-mana harus dianterin, makan disuapin, minum susu di wajibkan, harus kasih kabar setiap saat lagi apa? Dengan siapa? Atau sekadar bilang aku sudah makan ini. Rutinitas yang menjadi sarapan pagi. “Ah, ya sudahlah itu hak setiap orangtua” memutar mata dengan sedikit mengangkat bahu ke atas.
“Astaga ini sudah hampir pukul 07.00 WIB, Aku harus segera mandi” Aku mengambil handuk, menyiapkan pakaian ganti dan segera ke kamar mandi.
“Nak jangan lupa airnya sekalian dipenuhi ya” teriak ibu dari kejauhan.
“Iya Ibuku tersayang” jawabku sambil melulur seluruh tubuh dengan sabun.
Akupun segera ganti baju, pakai jilbab dan manasin motor. Tak kusangka Ayah bertanya padaku, “Mau pergi kemana ini” dengan ekspresi cueknya. “Keluar dengan teman SMA Yah” jawabku singkat. “Iya hati-hati, jangan terlalu sore pulangnya, sekarang musim hujan” dengan tegas dan lugas Ayah mengucapkannya.
Dalam hati seperti menari-nari, melompat kegirangan, jungkir balik dari langit turun kebumi, dan seolah hari ini hari keberuntunganku, hanya karena Ayah mengizinkanku keluar aku sungguh senang sekali.
Pukul 08.30 aku berangkat untuk menemui seseorang yang sudah menungguku sejak tadi, walaupun dalam hati ingin rasanya dia menjemputku langsung kerumah dan sambil membawa seikat “Bunga Edelweis” yang baru dipetik dari kebun dengan cantiknya serta aroma harum semerbak. “Tapi itu tidak mungkin, karena ada macan yang lebih ganas dirumah, hahaha siapa lagi kalau bukan Ayahku” perasaanku yang semakin gak karuan.
Sebelumnya sebut saja dia BSK, itu adalah nama Angin yang akan kencan bersamaku, ini adalah kencan perdanaku yang hanya berdua dengan pujaan hati. Dulu yang biasanya satu kampung Aku ajak kencan, maklum Aku ini tipikal orang pemalu, dan gak berani kalau harus kencan hanya dua orang saja. Tapi anehnya kali ini seolah Aku terlahir dengan sosok baru dalam diriku yang mempunyai keberanian serta semangat tinggi, “Apa ini namanya cinta??” hal yang tak mungkin terjadi, bisa jadi kenyataan, seperti kencan pertamaku ini misalnya” Aku bergumam dalam hati.
BSK adalah sahabatku selama 3 tahun di SMA, bisa di bilang dia sahabat karibku, apapun kami selalu cerita, entah soal pacar atau apapun itu. Dan aku hampir tak menyangka ketika UNAS dia bilang jujur padaku, dia berkata kalau selama 3 tahun itu dia menyukaiku, bahkan lebih dari itu dia sangat sayang dan mencintaiku, tapi gak berani bilang hanya karena takut kalau aku akan menjauhinya. Padahal ketika itu dia juga sudah punya cewek lho, heran aku kalau inget-inget semuanya.
“Apa aku selama ini kurang peka??” atau apa?” Aku sering memikirkan hal ini.
Hampir tiga tahun bersama, ternyata Aku tak menyadari kalau dia sayang sama Aku. Sedangkan waktu itupun Aku juga sudah punya cowok.
“Ah , kenapa sepanjang perjalanan ke tempat tujuan Aku terus mengenang masa lalu” tersenyum gak jelas, sambil menggaruk-garukkan tangan di kepala.
“sayang ? Angin memanggilku dengan pelannya.
“Iya” jawabku singkat dengan menahan keringat dingin yang seakan mengalir deras
“Aku sayang kamu, Lilo” dengan malu-malu dia berkata padaku.
“Tersenyum J ” Aku tak bisa berkata apa-apa, bagaimana tidak? Aku masih merasa ini mimpi atau kenyataan?? Apakah aku benar dibonceng olehnya, menjadi kekasihnya, bahkan menjadi orang yang selama ini sangat dia sukai, sampai cinta kepada pacarnya terbagi denganku??? Entahlah…
Sepanjang perjalanan kamipun seolah malu-malu, dan tak banyak berinteraksi atau sekadar bercakap ringan.
Akhirnya kamipun tiba di sebuah pantai yang indah dan sangat menawan. Hembusan angin memanjakan kami ketika menginjakkan kaki pertama kali.
“Ayo, kita kesebelah sana sayang” suara pertama seusai sampai yang diujarkan angin.
“kemana?” selalu singkat jawabku.
“Di sebelah pohon itu, disana anginnya sangat sejuk, dan segar sekali udaranya.
“Oh begitu.. baiklah ayo” jawabku sedikit malu-malu.
Kamipun segera menuju pohon diseberang sana, mataku dimanjakan dengan panorama alam yang memikat hati, sungguh indah ciptaNYA, agung benar engkau Ya Robb.
Kekagumanku semakin menjadi-jadi, hati seolah begitu girang, tak hanya karena pantainya yang menawan, namun karena kedatanganku bersama dengan anginlah yang membuatku paling nyaman dan bahagia. Apalagi kami hanya berdua.
“Adik seneng hari ini?” ucapan angin terdengar lirih.
“Kelihatannya bagaimana?”aku justru balik bertanya padanya.
“Lho, yang merasakan adik, jangan malah balik bertanya sama Mas?” jawab angin dengan senyumnya yang seolah merayu manja.
“Hehe, seneng banget Mas” ketawa lepasku.
“Nah, kalau dijawab begitu, Mas jadi tau kalau adik seneng atau tidak”  perasaan senang menyelimuti hati Angin.
Percakapan yang terus berlanjut, bahkan tak terasa jarum jampun sudah menunjukkan pukul 13.00 WIB. Terdengar dering handphone yang semakin mengejutkan ketenangan ini.
“IBU memanggil” kulihat layar hpku sejenak sebelum akhirnya Aku memutuskan untuk mengangkat telfon itu.
“Hallo Bu, Assalamualaikum?” ku genggam handphone erat-erat
“Waalaikumsalam, cepat pulang sebelum Ayah marah kalau kesorean” tegas ibuku singkat.
Percakapan singkat itupun segera mengakhiri pembicaraan Aku bersama Angin, kencanpun akan usai, serasa tak mau mengakhiri kencan ini. Seolah berharap waktu berhenti berputar sejenak,  ingin rasanya tetap seperti ini sebentar saja…. Sebentar!!
“Entah kenapa Aku merasa nyaman didekat angin ini” semakin aneh fikiranku yang tak henti mengulas setiap kejadian yang telah berlalu dalam hitungan detik itu.
Mendung datang, bak ombak menghantam bibir pantai. Suara gemuruh semakin terdengar hebat, angin yang berhembus dari segala penjuru dunia menusukku, menembus tulang-tulang kecil yang menopang tubuh mungilku ini.
“Sayang ayo kita pulang” Angin semakin mengejutkanku
“Baik, ayo cepatlah” Aku jawab datar disertai kecemasan dalam diri.
Seharusnya Aku berpegangan dengan erat, merangkul tubuhnya dan bersembunyi dibalik punggungnya. Hujan yang menetes semakin derasnya, petir menyambar dimana-dimana. Membuat kami terpaksa memberhentikan perjalanan kami di sebuah tempat sejenak. Tepatnya didekat sebuah perumahan sepi dipinggir jalan yang ramai dengan kendaraan berkecepatan tinggi.
“Kalau dingin tangannya digosok-gosokin saja, lalu dipegangin ke pipinya” kudengar ucapan lirih dari Angin.
“Iya J” jawabku mengangguk kedinginan.
Aku tahu pastinya dia merasa aneh kenapa aku hanya diam, bahkan tak berpegangan tangan, tapi ya sudahlah mau bagaimana lagi aku memang tak bisa. Padahal Aku begitu takut dengan petir, namun besarnya rasa malu dan belum siap untuk itu, membuatku mengurungkan keinginan tersebut. Hanya diam dan diam serta kunikmati setiap tetes hujan yang membasahi diri ini.
“kring..kring”  terdengar bunyi handphone berdering
Aku pelan-pelan melihatnya, sambil terbungkus plastic putih, karena handphone yang juga sudah basah karena air hujan itu.
“Anda mempunyai 7 pesan belum dibaca dan 5 panggilan tak terjawab”
Aku enggan membukanya, karena Aku tahu itu pasti berisi pesan-pesan kekhawatiran dan kecemasan hebat dari orangtua. Aku hanya bisa berdoa agar tak ada macan yang akan menerkamku jikalau Aku sampai di wilayahnya nanti. Entah kapan saat itu tiba. .?!!
“Chagiya, boku gairu boku gakimi, wo mamotte ageru aieni.” Ujarnya Anginku
Ucapan itu menyejukkan hatiku, bagai melayang dipulau kapuk.
Setelah 2 jam berlalu, kamipun sampai disebuah rumah berwarnakan hijau, semakin menyegarkan tubuhku yang habis diguyur hujan ini. Lalu lalang pengguna jalan didepannya menambah keramaian hati yang tak bisa mengekspresikan kegembiraan, karena tak pernah akan ada habisnya rasaku hari ini. “Sungguh aku bahagia, meski sekejap saja bersamamu angin, itu membuatku terbang keatas awan. Dan Aku tahu kau sungguh-sungguh untukku, bintang yang sebenarnya Aku harapkan. Terimakasih Tuhan”. Aku tetap saja bergumam terus dalam hati ini, kekagumanku hari ini mengukir sejarah cinta untukmu, menggoreskan kata penuh makna, tak ada teks namun bukti nyata didalamnya.
“Hati-hati dijalan, kalau sudah sampai segera mandi, shalat, makan dan istirahat sayangku” bisikan angin penuh cinta.
“iya sayangku” kupancarkan senyum dengan pipi merona serta tubuh yang terus menggigil kedinginan.
Anginpun mengantarkanku, dia mengikutiku dari belakang, seolah menggiring bola kekandang lawan dengan hati-hati. Perlahan tapi pasti.
“Terimakasih untuk bahagia yang kau cipta hari ini, akan kurindukan anginmu menyapaku esok hari” ujarku dengan sedikit lirih disampingnya.
Pertemuan inipun harus usai dan kembali menahan rindu serta menitipkannya pada jarak dan waktu yang tak pernah tau kapan terjawab kembali, mungkin esok atau dilain hari. Yang pasti aku selalu menunggumu disini duhai kekasih dambaan hati.
“Assalamualaikum” sapaan pertama yang kuberikan ketika sampai dirumah macan.
“Waalaikumsalam, segera mandi sana, sudah jam berapa ini, hujan deras buat semuanya khawatir saja”. Ayah berkata padaku
“Iya segera mandi sana nak, ganti baju terus makan” perjelas ibuku dengan bahasa yang lebih halus untuk diperdengarkan ditelinga.
“Iya, maaf sudah membuat semuanya khawatir” ucapku manis
Akhirnya kencanku bersama dengan angin berbuah manis, walaupun petir menyambar, hujan tak ada redanya, bahkan macan menghadang untuk menerkam, semua tak jadi halangan, karena ini pertama, pasti ujian itu biasa, namun aku tahu kedepannya akan semakin banyak rintangan yang menghampiri. Itulah realita, semua butuh diperjuangkan begitu pula dengan cinta.
“Aku BAHAGIA Angin”
“AKU SUKA KAMU DENGAN APA ADANYA DIRIMU, senatural mungkin aku akan lebih suka.”
Pesan singkatku untuk Angin yang tentunya sudah menunggu kabar aku sampai rumah macan atau belum.
“Iya Sayang, maaf ya sudah membuat adik dicemaskan banyak pasang mata” aku hanya ingin melihat senyumu J.”
HARUS KAU TAU “Cinta ini derita, ku harap kau juga merasa, apa yang kurasa tanpa banyak tanda tanya, rasa ini fakta, selektif bukan posesif, Ku tak ingin berdusta, ku cinta kau CHAGIYA” balasan angin padaku.
Tak ada teks lagi kukirimkan, tak ada kata untuk ungkapkan rasa, yang pasti kencan pertamaku dengan angin benar-benar membuat darahku mengalir begitu cepat dari ujung kaki keujung kepala, keringat dingin, perasaan haru biru dan mungkin tak ada kata lain selain rasa syukur dan bahagia yang menyelimuti hati serta persaanku kala itu.
“Tuhan, terimaksih kau selalu ada disetiap hembus nafasku. Maafkan aku untuk khilaf ini. Aku bersyukur kau menganugrahi kasih sayang ini. Aku akan menjaganya dan ridhoMU ku nantikan jika tiba waktunya kau mengizinkan untuk kami”.
 “Tersenyum manis dikamar, cengar-cengir kaya’orang gila ya aku ini” berbicara sendiri sambil guling-guling di kasur merah muda yang memancarkan kemanjaan merona itu.
Hari yang melelahkan namun menyenangkan. Terimakasih angin, terimakasih.
Kencan pertama bersama Angin buatku mengerti arti sebuah ketulusan kasih sayang. Aku merindukanmu selalu.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Please.. Don't Repost Back.. :D