"KENCAN
PERTAMAKU BERSAMA ANGIN”
Pagi itu
mentari sangat cerah, angin yang berhembus begitu kencang seolah menggugah
semangatku untuk segera bergegas mempersolek diri. “Ah, apa benar aku akan
kencan dengan Angin??” fikirku dalam diri, sambil cengar-cengir sendiri seperti
orang gila.
Waktu semakin cepat saja berputar, jam sudah
menunjukkan pukul 5.30, aku segera menata kingdom kecilku yang hampir seperti
kapal pecah itu.
“Bagimana
tidak berantakan, orang tidurnya saja sudah sama persis dengan macan yang
sedang menerkam mangsanya” suara ibuku dari pintu kingdomku.
“Hehehe Ibu bisa saja” jawabku ringan sambil
tersenyum manja.
Aku sudah merapikan semuanya, kemarin aku
juga sudah berkata pada ibu kalau besok aku akan pergi keluar bersama teman.
Sebenarnya dia itu someone special untukku, hanya saja aku masih malu-malu
untuk bilang pada ibu kalau hari ini aku akan pergi dengannya. Itu juga bukan
alasan satu-satunya, karena alasan lain yang buatku belum berani bilang adalah
Ayahku. Ayah tidak mengizinkanku pacaran.
Terkadang aku jengkel dianggap seperti anak
kecil, yang kemana-mana harus dianterin, makan disuapin, minum susu di wajibkan,
harus kasih kabar setiap saat lagi apa? Dengan siapa? Atau sekadar bilang aku
sudah makan ini. Rutinitas yang menjadi sarapan pagi. “Ah, ya sudahlah itu hak
setiap orangtua” memutar mata dengan sedikit mengangkat bahu ke atas.
“Astaga ini sudah hampir pukul 07.00 WIB, Aku
harus segera mandi” Aku mengambil handuk, menyiapkan pakaian ganti dan segera
ke kamar mandi.
“Nak jangan lupa airnya sekalian dipenuhi ya”
teriak ibu dari kejauhan.
“Iya Ibuku tersayang” jawabku sambil melulur
seluruh tubuh dengan sabun.
Akupun segera ganti baju, pakai jilbab dan
manasin motor. Tak kusangka Ayah bertanya padaku, “Mau pergi kemana ini” dengan
ekspresi cueknya. “Keluar dengan teman SMA Yah” jawabku singkat. “Iya
hati-hati, jangan terlalu sore pulangnya, sekarang musim hujan” dengan tegas
dan lugas Ayah mengucapkannya.
Dalam hati
seperti menari-nari, melompat kegirangan, jungkir balik dari langit turun
kebumi, dan seolah hari ini hari keberuntunganku, hanya karena Ayah
mengizinkanku keluar aku sungguh senang sekali.
Pukul 08.30 aku berangkat untuk menemui
seseorang yang sudah menungguku sejak tadi, walaupun dalam hati ingin rasanya
dia menjemputku langsung kerumah dan sambil membawa seikat “Bunga Edelweis” yang baru dipetik dari
kebun dengan cantiknya serta aroma harum semerbak. “Tapi itu tidak mungkin,
karena ada macan yang lebih ganas dirumah, hahaha siapa lagi kalau bukan
Ayahku” perasaanku yang semakin gak karuan.
Sebelumnya sebut saja dia BSK, itu adalah
nama Angin yang akan kencan bersamaku, ini adalah kencan perdanaku yang hanya
berdua dengan pujaan hati. Dulu yang biasanya satu kampung Aku ajak kencan,
maklum Aku ini tipikal orang pemalu, dan gak berani kalau harus kencan hanya
dua orang saja. Tapi anehnya kali ini seolah Aku terlahir dengan sosok baru
dalam diriku yang mempunyai keberanian serta semangat tinggi, “Apa ini namanya
cinta??” hal yang tak mungkin terjadi, bisa jadi kenyataan, seperti kencan
pertamaku ini misalnya” Aku bergumam dalam hati.
BSK adalah sahabatku selama 3 tahun di SMA, bisa
di bilang dia sahabat karibku, apapun kami selalu cerita, entah soal pacar atau
apapun itu. Dan aku hampir tak menyangka ketika UNAS dia bilang jujur padaku,
dia berkata kalau selama 3 tahun itu dia menyukaiku, bahkan lebih dari itu dia
sangat sayang dan mencintaiku, tapi gak berani bilang hanya karena takut kalau
aku akan menjauhinya. Padahal ketika itu dia juga sudah punya cewek lho, heran
aku kalau inget-inget semuanya.
“Apa aku selama ini kurang peka??”
atau apa?” Aku sering memikirkan hal ini.
Hampir tiga tahun bersama, ternyata Aku tak menyadari
kalau dia sayang sama Aku. Sedangkan waktu itupun Aku juga sudah punya cowok.
“Ah , kenapa sepanjang perjalanan ke tempat
tujuan Aku terus mengenang masa lalu” tersenyum gak jelas, sambil
menggaruk-garukkan tangan di kepala.
“sayang ? Angin memanggilku dengan pelannya.
“Iya” jawabku singkat dengan menahan keringat
dingin yang seakan mengalir deras
“Aku sayang kamu, Lilo” dengan malu-malu dia
berkata padaku.
“Tersenyum J ” Aku tak
bisa berkata apa-apa, bagaimana tidak? Aku masih merasa ini mimpi atau kenyataan??
Apakah aku benar dibonceng olehnya, menjadi kekasihnya, bahkan menjadi orang
yang selama ini sangat dia sukai, sampai cinta kepada pacarnya terbagi
denganku??? Entahlah…
Sepanjang perjalanan kamipun seolah
malu-malu, dan tak banyak berinteraksi atau sekadar bercakap ringan.
Akhirnya kamipun tiba di sebuah pantai yang
indah dan sangat menawan. Hembusan angin memanjakan kami ketika menginjakkan
kaki pertama kali.
“Ayo, kita kesebelah sana sayang” suara
pertama seusai sampai yang diujarkan angin.
“kemana?” selalu singkat jawabku.
“Di sebelah pohon itu, disana anginnya sangat
sejuk, dan segar sekali udaranya.
“Oh begitu.. baiklah ayo” jawabku sedikit
malu-malu.
Kamipun segera menuju pohon diseberang sana,
mataku dimanjakan dengan panorama alam yang memikat hati, sungguh indah
ciptaNYA, agung benar engkau Ya Robb.
Kekagumanku semakin menjadi-jadi, hati seolah
begitu girang, tak hanya karena pantainya yang menawan, namun karena
kedatanganku bersama dengan anginlah yang membuatku paling nyaman dan bahagia.
Apalagi kami hanya berdua.
“Adik seneng hari ini?” ucapan angin
terdengar lirih.
“Kelihatannya bagaimana?”aku justru balik
bertanya padanya.
“Lho, yang merasakan adik, jangan malah balik
bertanya sama Mas?” jawab angin dengan senyumnya yang seolah merayu manja.
“Hehe, seneng banget Mas” ketawa lepasku.
“Nah, kalau dijawab begitu, Mas jadi tau
kalau adik seneng atau tidak” perasaan
senang menyelimuti hati Angin.
Percakapan yang terus berlanjut, bahkan tak
terasa jarum jampun sudah menunjukkan pukul 13.00 WIB. Terdengar dering
handphone yang semakin mengejutkan ketenangan ini.
“IBU memanggil” kulihat layar hpku sejenak
sebelum akhirnya Aku memutuskan untuk mengangkat telfon itu.
“Hallo Bu, Assalamualaikum?” ku genggam
handphone erat-erat
“Waalaikumsalam, cepat pulang sebelum Ayah
marah kalau kesorean” tegas ibuku singkat.
Percakapan singkat itupun segera mengakhiri
pembicaraan Aku bersama Angin, kencanpun akan usai, serasa tak mau mengakhiri
kencan ini. Seolah berharap waktu berhenti berputar sejenak, ingin rasanya tetap seperti ini sebentar saja….
Sebentar!!
“Entah kenapa Aku merasa nyaman didekat angin
ini” semakin aneh fikiranku yang tak henti mengulas setiap kejadian yang telah
berlalu dalam hitungan detik itu.
Mendung datang, bak ombak menghantam bibir
pantai. Suara gemuruh semakin terdengar hebat, angin yang berhembus dari segala
penjuru dunia menusukku, menembus tulang-tulang kecil yang menopang tubuh
mungilku ini.
“Sayang ayo kita pulang” Angin semakin
mengejutkanku
“Baik, ayo cepatlah” Aku jawab datar disertai
kecemasan dalam diri.
Seharusnya Aku berpegangan dengan erat, merangkul
tubuhnya dan bersembunyi dibalik punggungnya. Hujan yang menetes semakin
derasnya, petir menyambar dimana-dimana. Membuat kami terpaksa memberhentikan
perjalanan kami di sebuah tempat sejenak. Tepatnya didekat sebuah perumahan
sepi dipinggir jalan yang ramai dengan kendaraan berkecepatan tinggi.
“Kalau dingin tangannya digosok-gosokin saja,
lalu dipegangin ke pipinya” kudengar ucapan lirih dari Angin.
“Iya J” jawabku
mengangguk kedinginan.
Aku tahu pastinya dia merasa aneh kenapa aku
hanya diam, bahkan tak berpegangan tangan, tapi ya sudahlah mau bagaimana lagi
aku memang tak bisa. Padahal Aku begitu takut dengan petir, namun besarnya rasa
malu dan belum siap untuk itu, membuatku mengurungkan keinginan tersebut. Hanya
diam dan diam serta kunikmati setiap tetes hujan yang membasahi diri ini.
“kring..kring” terdengar bunyi handphone berdering
Aku pelan-pelan melihatnya, sambil terbungkus
plastic putih, karena handphone yang juga sudah basah karena air hujan itu.
“Anda mempunyai 7 pesan belum dibaca dan 5
panggilan tak terjawab”
Aku enggan membukanya, karena Aku tahu itu
pasti berisi pesan-pesan kekhawatiran dan kecemasan hebat dari orangtua. Aku
hanya bisa berdoa agar tak ada macan yang akan menerkamku jikalau Aku sampai di
wilayahnya nanti. Entah kapan saat itu tiba. .?!!
“Chagiya, boku gairu boku gakimi, wo mamotte
ageru aieni.” Ujarnya Anginku
Ucapan itu menyejukkan hatiku, bagai melayang
dipulau kapuk.
Setelah 2 jam berlalu, kamipun sampai
disebuah rumah berwarnakan hijau, semakin menyegarkan tubuhku yang habis
diguyur hujan ini. Lalu lalang pengguna jalan didepannya menambah keramaian
hati yang tak bisa mengekspresikan kegembiraan, karena tak pernah akan ada
habisnya rasaku hari ini. “Sungguh aku bahagia, meski sekejap saja bersamamu
angin, itu membuatku terbang keatas awan. Dan Aku tahu kau sungguh-sungguh untukku,
bintang yang sebenarnya Aku harapkan. Terimakasih Tuhan”. Aku tetap saja
bergumam terus dalam hati ini, kekagumanku hari ini mengukir sejarah cinta
untukmu, menggoreskan kata penuh makna, tak ada teks namun bukti nyata
didalamnya.
“Hati-hati dijalan, kalau sudah sampai segera
mandi, shalat, makan dan istirahat sayangku” bisikan angin penuh cinta.
“iya sayangku” kupancarkan senyum dengan pipi
merona serta tubuh yang terus menggigil kedinginan.
Anginpun mengantarkanku, dia mengikutiku dari
belakang, seolah menggiring bola kekandang lawan dengan hati-hati. Perlahan
tapi pasti.
“Terimakasih untuk bahagia yang kau cipta
hari ini, akan kurindukan anginmu menyapaku esok hari” ujarku dengan sedikit
lirih disampingnya.
Pertemuan inipun harus usai dan kembali
menahan rindu serta menitipkannya pada jarak dan waktu yang tak pernah tau
kapan terjawab kembali, mungkin esok atau dilain hari. Yang pasti aku selalu
menunggumu disini duhai kekasih dambaan hati.
“Assalamualaikum” sapaan pertama yang
kuberikan ketika sampai dirumah macan.
“Waalaikumsalam, segera mandi sana, sudah jam
berapa ini, hujan deras buat semuanya khawatir saja”. Ayah berkata padaku
“Iya segera mandi sana nak, ganti baju terus
makan” perjelas ibuku dengan bahasa yang lebih halus untuk diperdengarkan
ditelinga.
“Iya, maaf sudah membuat semuanya khawatir”
ucapku manis
Akhirnya kencanku bersama dengan angin
berbuah manis, walaupun petir menyambar, hujan tak ada redanya, bahkan macan
menghadang untuk menerkam, semua tak jadi halangan, karena ini pertama, pasti
ujian itu biasa, namun aku tahu kedepannya akan semakin banyak rintangan yang
menghampiri. Itulah realita, semua butuh diperjuangkan begitu pula dengan
cinta.
“Aku BAHAGIA Angin”
“AKU SUKA KAMU DENGAN APA ADANYA DIRIMU,
senatural mungkin aku akan lebih suka.”
Pesan singkatku untuk Angin yang tentunya
sudah menunggu kabar aku sampai rumah macan atau belum.
“Iya Sayang, maaf ya sudah membuat adik
dicemaskan banyak pasang mata” aku hanya ingin melihat senyumu J.”
HARUS KAU TAU
“Cinta ini derita, ku harap kau juga merasa, apa yang kurasa tanpa banyak tanda
tanya, rasa ini fakta, selektif bukan posesif, Ku tak ingin berdusta, ku cinta
kau CHAGIYA” balasan angin padaku.
Tak ada teks lagi kukirimkan, tak ada kata
untuk ungkapkan rasa, yang pasti kencan pertamaku dengan angin benar-benar
membuat darahku mengalir begitu cepat dari ujung kaki keujung kepala, keringat
dingin, perasaan haru biru dan mungkin tak ada kata lain selain rasa syukur dan
bahagia yang menyelimuti hati serta persaanku kala itu.
“Tuhan, terimaksih kau selalu ada disetiap
hembus nafasku. Maafkan aku untuk khilaf ini. Aku bersyukur kau menganugrahi
kasih sayang ini. Aku akan menjaganya dan ridhoMU ku nantikan jika tiba
waktunya kau mengizinkan untuk kami”.
“Tersenyum manis dikamar, cengar-cengir
kaya’orang gila ya aku ini” berbicara sendiri sambil guling-guling di kasur
merah muda yang memancarkan kemanjaan merona itu.
Hari yang melelahkan namun menyenangkan.
Terimakasih angin, terimakasih.
Kencan pertama bersama Angin buatku mengerti
arti sebuah ketulusan kasih sayang. Aku merindukanmu selalu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Please.. Don't Repost Back.. :D